بسم الله الرحمن الرحيم
Orang-orang mengatakan waktu adalah uang. Tetapi dalam agama kita, waktu lebih berharga daripada emas. Berbeda dengan kekayaan, waktu tidak akan kembali, dan tidak akan bertambah. Kita tidak bisa menggantikan waktu yang telah hilang.
Allah subhanahu wa ta'ala bersumpah atas nama waktu dalam beberapa ayat yang menandakan pentingnya waktu:
❛❛Wal-asr I Demi masa.❜ [Surat Al-’Asr]
❛Wad-duha I Demi waktu matahari sepenggalahan naik.❜ [Surat Ad-Duha]
❛Wal-fajr I Demi waktu fajar.❜ [Surat Al-Fajr]
❛❛Wal-layl… I Demi malam.❜ [Surah Al-Lail]
Waktu adalah sesuatu yang berharga, karena waktu memberikan kita kesempatan untuk melakukan kebaikan di dunia ini sehingga kita bisa meraih kebahagiaan kekal di akhirat dengan rahmat Allah.
Namun, saat ini kita dihadapkan dengan banyak gangguan berupa media sosial — Facebook, Instagram, Tiktok, Twitter, dan sebagainya. Di satu sisi, media sosial adalah ni'mah (karunia) dari Allah. Melalui media sosial, banyak kegiatan jadi lebih mudah dilakukan seperti bisa berbelanja dan berjualan lebih mudah, terhubung dengan keluarga dan teman lebih mudah, memperoleh pengetahuan, melakukan dakwah, dan banyak contoh lainnya yang bisa dilakukan dengan mudah.
Di sisi lain, media sosial adalah kemudaratan (bencana), karena kita bisa menghabiskan terlalu banyak waktu kita di media sosial dan terkadang tanpa mendapatkan manfaat apa pun. Hal ini juga cenderung membuat seseorang menjadi kecanduan, hingga hal pertama yang dilakukan saat bangun pagi adalah meraih ponsel dan membuka sosial media.
Lalu berapa banyak suami, istri, dan anak-anak yang berkumpul di bawah atap yang sama, tetapi sibuk dengan ponsel dan media sosial masing-masing? Berapa banyak Muslim yang mengabaikan shalat dan kewajiban lainnya karena hal ini? Berapa banyak yang mengabaikan tanggung jawab terhadap keluarga karena terpaku pada media sosial, terpaku melihat dan membaca satu konten demi konten lainnya? Dan berapa banyak yang kecanduan berbagi setiap kebaikan dan perbuatan ibadah yang mereka lakukan, demi beberapa 'like' dan 'share'?
Padahal Rasulullah salla Allahu 'alayhi wa sallam, berkata: ❛Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”.❜ [Al-Silsilah al-Saheehah No. 2313 | Diringkas Sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah]
Dan Allah subhanahu wa ta'ala juga memuji orang yang menyembunyikan amal baiknya. Rasulullah ﷺ berkata: ❛Tujuh golongan manusia akan mendapatkan naungan Allah di bawah Naungannya pada Hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, [dan dua di antaranya adalah]: seseorang yang bersedekah secara rahasia sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diberikannya (yaitu tidak ada yang tahu berapa banyak dia bersedekah), dan seseorang yang mengingat Allah secara sembunyi-sembunyi lalu ia meneteskan air matanya (yang tidak dia ceritakan kepada siapa pun).❜ [Sahih al-Bukhari 1423]
Ketika kita membuka akun media sosial, sebenarnya kita telah membuka pintu hisab bagi diri kita sendiri. Jadi jangan terjebak dalam fitnah (ujian) media sosial, ketika mudaratnya melebihi manfaatnya.
Semoga Allah mengampuni kita, dan menjadikan kita orang-orang yang menggunakan karunia-Nya dengan cara yang diridhai-Nya.
Artikel diterjemahkan oleh: Yosi Oktarina
Artikel asal oleh: Aida Masuri Mustafa